Carolus Linnaeus
Alam
semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk
hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut,
dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya
banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam,
maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup.
Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka diperlukan
cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup
disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Klasifikasi
hewan adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh
hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali
jenis-jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi
hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya
perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam
klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter
tertentu pada hewan yang bersangkutan. Perkembangan klasifikasi hewan secara
garis besar dibagi menjadi empat tahap yaitu klasifikasi masa sebelum Linnaeus
(pra-Linnaeus), klasifikasi sistem Linnaeus, klasifikasi sistem 3 kingdom, dan
klasifikasi sistem 5 kingdom.
1. Sistem
Klasifikasi Pra-Linnaeus
Sistem
klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk luar dari tubuh
makhluk hidup (morfologi). Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi dua
kelompok seperti konsep Aristoteles yang mengklasifikasikan makhluk hidup
menjadi 2 yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan-hewan yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri. Selain itu hewan juga
dikelompokkan berdasarkan kegunaannya masing-masing. Pengelompokan hewan
didasarkan pada ciri-ciri lalu ditentukan macamnya dan diberikan nama sesuai
dengan isyarat yang dimiliki. Proses-proses ini dilakukan tanpa kesadaran dan
berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada masa pra-Linnaeus juga belum
ada publikasi tentang klasifikasi hewan.
2. Sistem
Klasifikasi Linnaeus (Sistem 2 Kingdom)
Taksonomi
Linnaeus adalah suatu sistem klasifikasi ilmiah yang mengelompokkan organisme
ke dalam suatu hirarki. Sistem ini dirintis pada abad ke-18 oleh Carolus
Linnaeus, seorang ilmuwan Swedia, terutama melalui dua bukunya Systema Naturae
dan Species Plantarum. Menurut sistem ini, klasifikasi diawali dengan tiga
kerajaan besar, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi kelas dan ordo. Ordo
kemudian dibagi lagi menjadi genus dan selanjutnya spesies. Dia seorang ilmuwan
Swedia yang meletakkan dasar tatanama biologi. Ia dikenal sebagai "bapak
taksonomi modern" dan juga merupakan salah satu bapak ekologi modern.
Linnaeus ialah ahli botani yang paling dihormati pada masanya, dan ia juga
terkenal dengan kemampuan bahasanya. Linnaeus adalahi ahli Zoologi, botani dan
juga seorang dokter.
Makalahnya
mengenai taksonomi berjudul Systema Naturae. Di dalamnya, penggunaan deskripsi
resmi - physalis amno ramosissime ramis angulosis glabris foliis dentoserratis
- diganti olehnya menjadi nama genus-species yang ringkas dan akrab pada zaman
sekarang - Physalis angulata - dan penggolongan taksa lebih tinggi dibuat
secara berurutan. Linnaeus adalah pelopor sisstem binomial nomenklature atau
sistem tata nama ganda. Linnaeus meneruskan kerja dalam sistem klasifikasi
serta memperluas pula pada Kerajaan (Regnum) Hewan dan Kerajaan Mineral.
Sumbangan utama Linnaeus bagi ilmu taksonomi ialah pembuatan konvensi penamaan
organisme hidup yang diterima secara universal dalam dunia ilmiah—karya
Linnaeus tersebut menjadi titik awal tatanama biologi. Selain itu, Linnaeus
mengembangkan,
selama pengembangan besar pengetahuan sejarah alam pada abad ke-18, hal yang
sekarang disebut sebagai taksonomi Linnaeus, yaitu sistem klasifikasi ilmiah
yang kini digunakan secara luas dalam biologi. Sistem Linnaeus mengklasifikasikan
alam dalam hirarki atau tingkatan-tingkatan, dimulai dengan dua
"kerajaan" atau kingdom yaitu Animalia dan Plantae.
Kerajaan
dibagi ke dalam Kelas dan masing-masing Kelas terbagi dalam Ordo, yang dibagi
dalam Genera (bentuk tunggal: genus), yang dibagi dalam Spesies. Di bawah
tingkatan spesies, Linnaeus kadang menyebutkan takson yang tidak diberinya nama
(untuk tumbuhan, hal ini sekarang dinamai "varietas").
Linnaeus
menamai taksa dengan sesuatu yang mengena pada ciri khusus taksa tersebut.
Sebagai contoh, manusia adalah Homo sapiens, tetapi ia juga menyatakan bahwa
ada species manusia kedua, Homo troglotydes (bermakna "orang goa",
yang ia maksudkan untuk simpanse dan sekarang ditempatkan dalam genus berbeda
(bukan Homo) melainkan Pan troglotydes). Kelompok mamalia dinamai berdasarkan
kelenjar susu (mammae) karena salah satu definisi karakteristik mamalia adalah
bahwa mereka merawat bayinya. (Dari beberapa perbedaan antara mamalia dan hewan
lain, Linnaeus lebih memilih hal ini karena pandangannya pada pentingnya
keberadaan induk betina.)
Hanya
sistem pengelompokan hewan oleh Linnaeus yang masih tetap digunakan hingga
kini, dan pengelompokan itu sendiri sudah banyak berubah sejak dicetuskan oleh
Linnaeus sebagaimana prinsip-prinsip yang melandasi pengelompokan itu juga
banyak berubah. Namun demikian, Linnaeus tetap dianggap berjasa mengembangkan
gagasan struktur hirarki klasifikasi yang didasari oleh sifat-sifat teramati.
Rincian dasar tentang hal yang dapat dianggap sah secara ilmiah untuk disebut
'sifat teramati' itu sendiri telah berubah seiring bertambahnya pengetahuan
(contohnya, DNA yang pada masa hidup Linnaeus tidak dikenal telah terbukti
bermanfaat dalam mengklasifikasikan dan menentukan hubungan organisme hidup
satu dengan lainnya), namun prinsip-prinsip dasarnya tetap masuk akal.
3. Sistem
Klasifikasi 3 Kingdom
Ketika
makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua
kerajaan: yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan
bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa makhluk
yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak,
Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernst Haeckel
pada tahun 1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk
menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas.
Kerajaan ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan sebutan
Protoctista). Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan
hewan sekaligus.
4. Sistem
Klasifikasi 4 Kingdom
Ada
dua tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi sistem 4 kingdom yaitu
Copeland dan Whittaker. Hanya saja dasar yang digunakan oleh keduanya
berbedasehingga dihasilkan klasifikasi makhluk hidup yang berbeda pula.
Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protoctista, Metaphyta dan
Metazoa. Monera adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan membran
organel sel atau bersifat prokariotik.
Berbeda
dengan Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Metaphyta adalah tumbuhan
yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Metazoa adalah kelompok
hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. Sedangkan
Whittakers membagi hewan menjadi beberapa kingdom: Animalia, Plantae, Fungi dan
Protista.
Fungi
dijadikan kingdom tersendiri karena fungi memiliki perbedaan dari
tumbuhan. Fungi
bukan organisme autotrof layaknya tumbuhan melainkan organisme yang heterotrof
yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri.
5. Sistem
Klasifikasi 5 Kingdom
Tokoh
pencetus adanya klasifikasi 5 Kingdom adalah Robert H . Whittaker. Dia
menggolongkan makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan
Monera.
Ciri-ciri pada
sistem 5 kingdom :
1.
Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan
Multiseluler
2.
Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan
Multiseluler
3.
Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
4.
Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler
5.
Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler
KLASIFIKASI
DAN SISTEM KLASIFIKASI
- Klasifikasi
Pada abad ke 18 (sekitar 250 tahun
lalu), Carolus Linnaeus, ahli Botani warga Swedia, memperkenalkan sistem
klasifikasi makhluk hidup berdasar kepada penampakan fisiknya. Sebelumnya pun
sudah ada metoda klasifikasi namun tidak lengkap dan sebagus yang diusulkan ole
Linneaus. Setiap organisme sejenis masuk dalam kelompok species, species kepada
genus, setiap genus ke family tertentu; yang urutan klasifikasinya dari atas:
kingdom, phylum, class, ordo, family, genus, species. Suatu yang khas terjadi
pada masa itu, biologi pun dicampur adukkan dengan teologi, Linneaus pun pernah
mengatakan “Tuhan menciptakan, Linnaeus mengklasifikasikan”.
Pengelompokan semua organisme hidup
oleh Carl von Linne (Latin: Carolus Linnaeus), dibuat tingkatan taksonomi yang
terdiri dari enam takson, yaitu :
o Kingdom (kerajaan)
o Filum (divisi)
o Kelas (classis)
o Ordo (Bangsa),
o Familia (Suku),
o Genus (Marga), dan
o Spesies (Jenis)
Klasifikasi merupakan kata serapan
dari bahasa Belanda, classificatie berarti sebuah metode untuk menyusun
data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau kaidah yang telah
ditetapkan. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan
mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu.
Tujuan klasifikasi makhluk hidup
adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk
hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri
pada makhluk hidup.
Klasifikasi makhluk hidup didasarkan
pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk
tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama
dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:
- Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan
dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
- Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh:
Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit),
dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab (higrofit).
- Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan
menjadi tanaman obat-obatan,
tanaman sandang,
tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
- Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan
dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
- B. Sistem Klasifikasi
Semula para ahli hanya
mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan
kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2
kerajaan :
- Kenyataan bahwa sel
kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.
- Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak
memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya
sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.
Namun ada tumbuhan yang tidak dapat
membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi).
Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian
mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae
(tumbuhan), Fungi
(jamur), dan Animalia (hewan).
Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker
mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista,
Fungi,
Plantae,
dan Animalia.
Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi
makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.
Namun sistem ini kemudian diubah
dengan dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom Eubacteria dan Archaebacteria.
Sistem Klasifikasi dalam Sejarah
Perkembangan Taksonomi Tumbuhan. Beberapa jenis klasifikasi :
Pebedaan dasar yang digunakan dalam
mengadakan klasifikasi tumbuhan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda
sehingga dari masa ke masa melahirkan sistem klasifikasi yang berlainan juga.
Menurut sejarahnya sistem klasifikasi tumbuhan dibedakan menjadi:
- Sistem klasifikasi buatan
Klasifikasi yang didasarkan pada
satu atau dua ciri morfologi yang mudah dilihat yang tujuan utamanya adalah
untuk mempermudah pengenalan tumbuhan. Terdiri dari 2 periode yaitu :
- Periode sistem Habitus
Dalam periode ini sistem
klasifikasinya didasarkan pada habitus, yaitu kesan keseluruhan yang nampak
dari suatu tumbuhan. Berlangsung dari 300 SM hingga pertengahan abad ke-18,
dengan pelopornya adalah Theopratus (370-385 SM). Menurut sistem ini tumbuhan
digolongkan menjadi pohon, perdu, semak, dan herba. Para ahli filsafat dan
penggemar alam pada periode ini adalah Albertus Magnus(1193-1280), Otto
Brunfels(1464-1534), Jerome Bock (1489-1554), Andrea Caesalpinus (1519-1602),
Jean Bauhin(1541-1631), Josseph Pitton De Turnefort (1656-1708), John Ray
(1628-1705), dan lain-lainnya mengajukan gagasan-gagasan baru tentang
dasar-dasar klasifikasi tumbuhan.
- Periode sistem Numerik
Sistem klasifikasinya didasarkan
pada jumlah-jumlah dan susunan alat kelamin tumbuhan. Disebut juga sistem
seksual, penciptannya adalah Carolus Linnaeus (1707-1778). Linnaeus membagi
tumbuhan menjadi 24 kelas antara lain monoandria (golongan tumbuhan dengan satu
benang sari), diandria (golongan tumbuhan dengan dua benang sari), dan seterusnya.
Tokoh-tokoh lain yang dikenal dalam periode ini adalah Peter Kalm (1716-1779),
Fredrick Hasselquist (1723-1752), dan Peter Thunderg (1743-1828).
- Sistem Klasifikasi Alam
Klasifikasi yang didasarkan pada
hubungan kekerabatan yang ditunnjukkan oleh banyaknya persamaan bentuk yang
terlihat sehingga dapat disusun takson-takson yang bersifat alami. Sistem ini
dikatakan alami karena dianggap mencerminkan keadaan sebenarnya seperti
terdapat di alam. Kesadaran mengenai adanya hubungan kekerabatan disebabkan
oleh bertambahnya ilmu pengetahuan tentang fungsi dan morfologi dari organ
tumbuhan serta kemajuan ilmu pengetahuan optik, sehingga pengamatannya lebih
seksama dibandingkan periode sebelumnya. Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini
antara lain adalah Lamarck (1744-1829), Michel Adenson (1727-1826), dan Antonie
Laurent de Jussieu (1748-1836) yang membagi tumbuhan menjadi Acotyledonae,
monocotyledonae, dan dicotyledonae. Sistem de Jussie ini kemudian disempurnakan
oleh tokoh-tokoh lain seperti Augustine Pyrame de Candole (1778-1884), Sir
Joseph Dalton Hooker (1817-19) dan George Bentham (1800-1884).
- Sistem Klasifikasi Filogenetik
Klasifikasi yang didasarkan pada
jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson satu dengan takson lainnya.
Sistem klasifikasinya didasarkan pada filogeni takson-takson dengan
mengikutsertakan teori evolusi. Takson-takson yang dibentuk ditempatkan dengan
urutan-urutan , yang diberi segi filogeni mempunyai tingkatan yang lebih rendah
(primitif) sampai ke tingkatan yang tinggi (maju). Periode ini bertahan dari
pertengahan abad 9 hingga sekarang, merupakan salah satu akibat logis timbulnya
teori evolusi yang dipelopori oleh Jean Baptise Lamarck (1744-1824), disusul
oleh Charles Darwin dengan karyanya On the Origin Of Species by Means of
Natural Selection (1859). Tokoh-tokoh yang terkemuka pada periode ini antara
lain August Wilhem Eichler (1839-1887), ia membagi tumbuhan menjadi Cyptogameae
(thalophyta, bryophyta, pteridophyta) dan Phanerogamae (spermatophyta).
Masing-masing golongan masih dibagi lagi menjadi takson-takson yang lebih
rendah. Sistem ini kemudian disempurnakan lagi oleh tokoh-tokoh lain seperti
Adolph Engler (1844-1930), Richard von Wettstein (1862-1931), Charles E. Bessey
(1845-1915), dan Hans Hallier (1868-1932).
- Sistem Klasifikasi Kontemporer
Klasifikasi yang didasarkan pada
pengkuatitatifan data penelitian taksonomi dan penerapan matematika dalam
pengolahan datanya. Sistem ini lahir akibat kemajuan ilmu pengetahuan yang
pesat dalam abad ke-20. Komputer telah digunakan secara luas dalam pengembangan
metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan yang melahirkan bidang baru dalam
taksonomi tumbuhan yaitu taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri.
Taksometri numerik didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai
kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan
golongan-golongan itu melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson
yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik
didasarkan atas bukti-bukti fenetik, artinya atas kemiripan yang diperlihatkan
objek studi yang diamati dan dicatat, dan bukan atas dasar
kemungkinan-kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam
taksonomi numerik bersifat empirik operasional, dan data serta kesimpulannya
selalu dapat diuji kembali melalui observasi dan eksperimen. Langkah-langkah
yang biasanya dilakukan dalam melaksanakan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan objek studi, yang dapat berupa individu,
galus, varietas, jenis, dan seterusnya. Yang terpenting adalah setiap
unit-unit yang dijadikan objek studi tersebut harus mewakili golongan
organisme yang sedang diteliti.
- Pemilihan ciri-ciri yang akan diberi angka atau skor.
Jumlah ciri yang dipilih untuk pemberian angka harus cukup banyak,
sekurang-kurangnya 50 ciri, yang masing-masing diberi kode dan selanjutnya
disusun dalam bentuk tabel atau matriks.
- Pengukuran kemiripan, dengan cara membandingkan tiap
ciri pada masing-masing unit takson. Besarnya kemiripan akan berkisar dari
0 (tidak ada kemiripan) sampai 100 untuk keadaan persis sama (identik).
- Analisis kelompok. Matriks kemiripan ditata kembali
sehingga unit-unit takson yang memiliki kemiripan bersama yang paling
tinggi dapat dikumpulkan menjadi satu. Kelompok-kelompok itu disebut
fenon, dan dapat ditata secara hierarki dalam suatu diagram yang disebut
dendogram.
- Diskriminasi. Setelah klasifikasi dilakukan kita dapat
menelaah kembali ciri-ciri yang dilibatkan dalam kegiatan ini, untuk
menemukan ciri yang paling konstan, dan oleh karena paling bernilai untuk
pembuatan kunci identifikasi dan diagnosis.
Kesimpulan : Klasifikasi
makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki
makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup
yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan
Macam-Macam Klasifikasi Makhluk Hid
Macam-Macam
Klasifikasi Makhluk Hidup
- Seiring dengan perkembangan zaman, sistem klasifikasi makhluk
hidup dilakukan dengan alasan-alasan tertentu yang dimulai dan dirintis
oleh ilmuwan terdahulu dan terus berkembang sampai sekarang.
Hal
ini dikarenakan adanya penemuan-penemuan baru yang sesuai dengan perkembangan
peradaban manusia. Ada beberapa alasan yang digunakan para ahli sebagai dasar
sistem klasifikasi.
Untuk
itulah sistem klasifikasi, dapat digolongkan menjadi tiga
golongan/kelompok, yaitu sistem alami, sistem buatan, dan sistem filogenik.
Kita
sudah mengetahui bahwa klasifikasi pada dasarnya berpijak dari adanya
persamaan. Hal ini dapat kita ketahui dengan mengamati makhluk
hidup secara morfologi. Misalnya, kita mengamati binatang kucing, anjing,
sapi, kuda, dan harimau.
Jika
kita lihat secara alami, dapat kita ketahui bahwa kelima binatang itu
mempunyai empat kaki, sehingga membentuk suatu kelompok seperti
yang dikehendaki alam, yaitu kelompok binatang yang berkaki empat.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa klasifikasi sistem alami merupakan
terbentuknya suatu kelompok-kelompok makhluk hidup secara alami.
Tokoh
klasifikasi sistem alami adalah Aristoteles, seorang berkebangsaan Yunani
pada tahun 350 SM. Beliau membagi makhluk hidup menjadi dua dunia
(kingdom), yaitu hewan dan tumbuhan. Dunia hewan ini dibagi menjadi
beberapa kelompok berdasarkan habitat dan perilakunya, sedangkan tumbuhan
dikelompokkan berdasarkan ukuran dan strukturnya.
Dibandingkan
sistem klasifikasi secara alami, sistem klasifikasi buatan lebih
baik, sempurna, dan mudah dipahami apabila dibandingkan sistem
klasifikasi sebelumnya. Klasifikasi ini pertama kali diperkenalkan oleh
Carl Von Linne (1707-1778) yang dikenal dengan nama Carolus Linnaeus,
seorang ahli botani berkebangsaan Swedia. Beliau dinobatkan sebagai “Bapak Taksonomi”.
Klasifikasi
makhluk hidup menurut Linnaeus didasarkan atas persamaan dan perbedaan
struktur tubuh makhluk hidup, dengan cara-cara berikut.
a.
Mengamati dan meneliti makhluk hidup, yaitu persamaan ciri struktur tubuh
luar maupun ciri struktur tubuh dalam dari berbagai jenis makhluk hidup.
b.
Apabila ada yang memiliki ciri struktur tubuh sama atau mirip
dijadikan satu kelompok, adapun yang memiliki ciri berlainan
dikelompokkan tersendiri.
c.
Memberikan istilah tertentu untuk setiap tingkatan klasifikasi
yang didasarkan pada banyak sedikitnya persamaan ciri pada setiap
jenis makhluk hidup yang dikelompokkan.
Tingkatan
klasifikasi yang digunakan oleh Linnaeus adalah sebagai berikut.
Kingdom/Regnum
|
: dunia/kerajaan
|
Filum/Divisio
|
: bagian/keluarga besar
|
Klassis
|
: kelas
|
Ordo
|
: bangsa
|
Familia
|
: suku
|
Genus
|
: marga
|
Species
|
: jenis
|
Keterangan
:
Kingdom
untuk hewan dan Regnum untuk tumbuhan
Filum
untuk hewan dan Divisio untuk tumbuhan
Jika
kita perhatikan klasifikasi tersebut terdiri atas beberapa
tingkatan, mulai dari kelompok besar, kemudian dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Selanjutnya, kelompok kecil dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil lagi sehingga akan terbentuk kelompok-kelompok yang lebih
kecil yang hanya mempunyai anggota satu jenis makhluk hidup.
Tiap
tingkatan kelompok inilah yang disebut takson. Takson disusun dari tingkat tinggi
ke tingkat rendah. Dengan demikian, semakin tinggi tingkatan takson, maka
semakin umum persamaan ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu makhluk hidup.
Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson, maka semakin khusus persamaan
ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu makhluk hidup. Biasanya tingkatan ini
memiliki jumlah makhluk hidup yang sedikit. Agar lebih jelas, perhatikan
Gambar berikut ini
Untuk
memudahkan dalam pengelompokan makhluk hidup yang sangat banyak ragamnya,
maka disusunlah suatu aturan pengelompokan. Pengelompokan dilakukan pada
tingkatan tinggi sampai ke tingkatan rendah seperti berikut ini.
a.
Kingdom/Regnum (Kerajaan/Dunia)
Tingkatan
takson ini merupakan tingkatan tertinggi untuk makhluk hidup. Semua hewan
dimasukkan dalam kingdom Animalia dan semua tumbuhan dimasukkan dalam
kingdom Plantae.
b.
Filum atau Divisio (Keluarga Besar)
Apabila
kita mengelompokkan suatu makhluk hidup dalam kingdom, maka dengan melihat
persamaan ciri-cirinya akan dimasukkan ke dalam suatu keluarga besar.
Keluarga besar tersebut dimasukkan dalam filum untuk jenis hewan dan dimasukkan
ke dalam divisio untuk jenis tumbuhan. Misalnya seperti hewan yang
terlihat pada Gambar diatas.
Filum
Chordata merupakan hewan bernotokorda dan hewan bertulang belakang. Ada
juga hewan yang memiliki kaki berbuku-buku dan kutikula yang keras dimasukkan dalam
filum Arthropoda.
Penamaan
filum hewan tidak memiliki akhiran yang khas, sedangkan penamaan divisio
tumbuhan diberi akhiran yang khas, misalnya phyta dan mycota.
Tumbuhan yang berbiji dimasukkan dalam divisio Spermatophyta, jamur
berbasidium dimasukkan dalam divisio Basidiomycota.
c.
Kelas
Tingkatan
takson ini lebih rendah dari kelompok takson filum atau divisio, artinya
apabila kelompok makhluk hidup dalam divisio/filum memiliki ciri-ciri yang
sama, maka dimasukkan dalam satu kelas.
Contoh kelas
pada hewan, yaitu hewan menyusui/Mamalia, misalnya anjing, kucing,
kelinci, dan lain-lain.
Adapun
kelas pada tumbuhan ada dua, yaitu tumbuhan berbiji berkeping satu dan
berkeping dua. Dengan demikian, tumbuhan mempunyai divisio: Spermatophyta,
kelas: Monocotyledonae dan Dicotyledonae.
d.
Ordo (Bangsa)
Tingkatan
takson yang lebih rendah dari kelas adalah ordo. Pada tumbuhan, nama ordo
pada umumnya diberi akhiran ales, sedangkan pada hewan tidak
memiliki akhiran.
Contoh
dari hewan mempunyai ordo Carnivora (bangsa pemakan daging), Omnivora
(bangsa pemakan tumbuh-tumbuhan).
Adapun
pada tumbuhan contohnya kelas Dicotyledonae mempunyai ordo Graminales
(bangsa rumput-rumputan), Rosales (bangsa mawar-mawaran).
e.
Famili (Suku atau Keluarga)
Famili
merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Pada tingkatan famili ini
terdapat suatu kelompok yang berkerabat dekat dan memiliki
banyak persamaan ciri. Nama famili pada tumbuhan pada umumnya diberi
akhiran aceae, sedangkan untuk nama hewan diberi akhiran idae.
Contoh
keluarga hewan, yaitu Canidae (keluarga anjing), Falidae (keluarga
kucing). Contoh keluarga tumbuhan adalah Solanaceae (keluarga kentang),
Rosaceae (keluarga mawar).
f.
Genus (Marga)
Takson
genus adalah nama takson yang lebih rendah dari famili. Nama genus terdiri atas
satu kata yang diambil dari kata apa saja, bisa dari nama hewan atau tumbuhan,
zat kandungan, dan sebagainya. Huruf pertamanya diawali dengan huruf kapital
dan ditulis dengan miring atau ditulis tegak dengan digaris bawah.
Contoh
untuk hewan adalah Canis (marga anjing), Felis (marga kucing), Taenia
(marga cacing).
Adapun
contoh pada tumbuhan, yaitu Rosa (marga mawar), Annona (marga
sirsak dan srikaya), dan Solanum (marga terung-terungan).
g.
Species (Jenis)
Species
merupakan tingkatan takson paling rendah dan menjadi unit atau satuan dasar
klasifikasi. Species adalah kelompok makhluk hidup yang dapat melakukan
perkawinan antarsesamanya dan akan menghasilkan keturunan yang subur
(fertil).
Penulisan
kata species sama seperti penulisan dalam genus, hanya pada species terdiri
atas dua kata, yaitu kata yang berada di depan merupakan nama marga (genus),
sedangkan kata yang kedua menunjukkan jenisnya.
Untuk
kata yang kedua, huruf awalnya tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Contohnya: Canis familaris (anjing), Taenia solium (cacing pita),
Rosa gallica (mawar), Carica papaya (pepaya), Oryza sativa
(padi).
Pernahkah
kamu menemukan dalam satu species beberapa makhluk hidup memiliki ciri khusus ?
Hal tersebut dinamakan sebagai varietas atau ras yang bermakna variasi. Dalam
satu species variasi tumbuhan disebut varietas, adapun variasi dalam satu
species hewan disebut ras.
Contohnya:
Hibiscus sabdarifa var alba (rosela varietas putih).
Pada
umumnya suatu makhluk hidup mempunyai nama lokal dari setiap daerah, misalnya
kota, negara. Contoh: nama buah pisang, orang Jawa Tengah sering menyebutnya
“gedang”. Apakah orang Sumatera mengerti bahwa yang disebut “gedang” berarti
pisang ? Sedangkan orang Jawa Barat menyebut “gedang” untuk buah pepaya.
Agar
tercipta komunikasi yang lebih mudah antara pihak satu dengan pihak lain,
setiap makhluk hidup harus memiliki nama yang dikenal di seluruh dunia.
Tujuannya agar tercipta suatu sistem tata nama yang sederhana, mudah dipahami,
dan berlaku secara internasional.
Oleh
sebab itu, para ilmuwan mengambil suatu keputusan berdasarkan kesepakatan
internasional dengan menggunakan metode binomial nomenclature, yang diciptakan
oleh Carolus Linnaeus. Binomial nomenclature adalah pemberian nama dengan dua
nama atau disebut dengan tata nama ganda, yaitu selalu menggunakan dua kata
nama genus dan nama species.
1)
Nama suatu species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus dan
kata kedua merupakan penunjuk jenis.
2)
Huruf pertama nama genus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan huruf pertama
nama penunjuk jenisnya ditulis dengan huruf kecil.
3)
Nama species menggunakan bahasa Latin atau yang dilatinkan.
Misalnya:
Bambusa spinosa (bambu berduri), Carica papaya (pepaya).
4)
Nama species dicetak miring, digaris bawah, atau dicetak dengan huruf yang
berbeda dengan teks lain.
5)
Apabila nama tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan
berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
Misalnya:
Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis.
6)
Apabila nama hewan terdiri atas tiga kata dan nama tersebut bukan nama species
melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah tingkat
species maka ditulis terpisah,
contohnya
Felis maniculata domestica (kucing rumah/piaraan).
7)
Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama species tersebut,
contohnya
Zea mays L. (yang memberi nama jagung adalah Linnaeus).
Coba
berikan nama dalam tingkatan klasifikasi mulai dari yang paling tinggi sampai
tingkatan paling rendah untuk tumbuhan rumput-rumputan, misalnya padi (Oryza
sativa) dan untuk hewan, misalnya kucing (Felis catus). Diskusikan
hasilnya dengan teman mu.
Ingat
kembali tentang teori evolusi dari Charles Darwin yang di pelajari di
SMP/MTs. Bertolak dari teori evolusi Darwin tersebut muncullah klasifikasi
sistem filogenik. Sistem klasifikasi ini dikelompokkan berdasarkan jauh
dekatnya kekerabatan antarorganisme atau kelompok dengan melihat keturunan dan
hubungan kekerabatan. Organisme atau kelompok yang berkerabat dekat memiliki
persamaan ciri yang lebih banyak bila dibandingkan dengan organisme atau
kelompok yang berkerabat jauh.